Setiap kali tiang pancang di pasang di pinggiran kota dengan tulisan ”AKAN DI BANGUN PUSAT PERBELANJAAN TERBESAR DAN TERLENGKAP” atau ”DIPASARKAN KIOS / TOKO PASAR MODERN…bla..bla” menimbulkan miris di hati. Bagaimana tidak, sepintas kehadiran pasar modern dan pusat perbelanjaan, memberikan kemudahan bagi konsumen untuk mendapatkan kebutuhannya, namun disisi lain pasar modern dan pusat perbelanjaan merupakan ”business killer” pembunuh bisnis yang tiada ampun bagi pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang telah ada / exsisting entrepreneur. Lalu apa yang terjadi bagi pebisnis lokal? Apakah rela mati, atau berjuang mati-matian hingga akhirnya mati dengan sendirinya?. Hal yang sulit tentunya.
Perkembangan pola dan strategi bisnis terkait dengan pasar dan konsumen mendorong pergeseran investasi bisnis ke daerah-daerah yang selama ini termarjinalkan. Walaupun daya beli masyarakat secara makro tidak menunjukan peningkatan, bahkan cendrung menurun, namun mulai tumbuh pasar baru / konsumen baru dari kalangan usia 20 s/d 40 tahun yang banyak berada di lokasi-lokasi pinggiran kota. Mereka merupakan konsumen yang sangat mudah ter kooptasi/terpengaruh oleh sebuah gaya hidup. Hal ini terlihat dari menjamurnya bisnis isi ulang parfume tiruan bermerk. Gaya hidup mengikuti gaya kaum jetzet / socialita, namun keuangan hanya bergerak sedikit lebih baik, sehingga produk-produk yang di gunakan merupakan produk-produk KW, entah itu KW 1, KW 2 bahkan mungkin KW 100??.
Lalu bagai mana dengan usaha kecil dan menengah / UKM. Seperti pernah dibahas sebelumnya dalam tulisan saya tentang ciri-ciri seorang entrpreneur adalah seorang entrepreneur merupakan orang yang inovatif. Tentu tidak akan menyerah begitu saja terhadap tantangan. Jika ada raksasa merusak lingkungan kita, sementara kita tidak memiliki kemampuan melawan raksasa tersebut, maka BERSABATLAH DENGAN RAKSASA”. Cara yang aneh dalam memenangkan perjuangan. Usaha kecil dan menengah dengan kondisi sumberdaya yang rendah, merupakan sasaran tembak yang empuk pengusaha-pengusaha raksasa. Mereka membangun pasar-pasar modern / pusat perbelanjaan dengan harapan, para pengusaha kecil dan menengah itu menjadi konsumen mereka, yaitu dengan sistem sewa tempat maupun penjualan unit. Mereka mampu memaksa secara tidak sadar para pelaku usaha kecil dan menengah untuk membeli ataupun menyewa dengan iming-iming prospek pasar yang besar. Hal yang selama ini tidak di butuh kan, namun sekarang menjadi kebutuhan.
BERSAHABAT DENGAN RAKSASA
Alasan-alasan tersebut di atas sudah tidak dapat bisa di pungkiri sekarang, oleh sebab itu akan lebih bijak bersahabat dengan raksasa dan memasuki era baru.
Beberapa manfaat yang didapatkan dengan memanfaatkan pasar modern / pusat perbelanjaan sebagai lokasi bisnis baru :
Peningkatan kunjungan calon pelanggan, karena umumnya usaha kecil dan menengah UKM melakukan penjualn langsung / direct selling.
Secara otomatis peningkatan kunjungan calon pelanggan akan mendorong peningkatkan penjualan
Mendapatkan manfaat pemasaran dengan adanya event-event dari pengelola pasar modern / pusat perbelanjaan.
Meingkatkan business image usaha sehingga usaha lebih terkesan modern dan bonafit.
Putusan untuk bersahabat dengan raksasa bukan berarti tanpa resiko.Risiko yang mungkin muncul meliputi:
meningkatnya kompetisi karena banyaknya pesaing bahkan untuk usaha sejenis.
kehilangan pelanggan reguler yang selama ini menjadi pelanggan setia.
kerusakan reputasi bisnis di komunitas lokal
peningkatan signifikan biaya terutaama terkait sewa, biaya investasi dan biaya operasional dan pemasaran.
Seorang pengusaha harus memilih apakah akan bersahabat dengan raksasa atau memilih lari atau bertarung mati-matian hingga akhirnya meati dengan sendirinya?.
source : binaukm.com
0 Comment to "STRATEGI BERSAING UKM DALAM MENGHADAPI TUMBUHNYA PASAR MODERN"
Posting Komentar